Selasa, 10 Juni 2014

NAJIS


Apabila ada najis maka shalatnya tidak sah.
Jenis-jenis najis :

1. Najis ringan (Mukhaffafah) : air kencing bayi laki-laki 2 tahun kebawah, yg hanya diberi ASI.
Cara membersihkan: cukup diperciki dengan air pada tempat najis itu

2. Najis sedang (Mutawassithah) :
   a. Kotoran yang keluar dari kubul atau dubur manusia atau hewan, kecuali air mani

   b. Bangkai (kecuali ikan dan belalang)
Dari Abdullah bin ‘Abbas,
إِذَا دُبِغَ الإِهَابُ فَقَدْ طَهُرَ
Apabila kulit bangkai tersebut disamak, maka dia telah suci.” (HR. Abu Dawud no 385)

        - Tulang, gigi, kuku, rambut, bulu bukan termasuk bangkai yg najis.

وَقَالَ حَمَّادٌ لاَ بَأْسَ بِرِيشِ الْمَيْتَةِ . وَقَالَ الزُّهْرِىُّ فِى عِظَامِ الْمَوْتَى نَحْوَ الْفِيلِ وَغَيْرِهِ أَدْرَكْتُ نَاسًا مِنْ سَلَفِ الْعُلَمَاءِ يَمْتَشِطُونَ بِهَا ، وَيَدَّهِنُونَ فِيهَا ، لاَ يَرَوْنَ بِهِ بَأْسًا

Hammad mengatakan bahwa bulu bangkai tidaklah mengapa (yaitu tidak najis). Az Zuhri mengatakan tentang tulang bangkai dari gajah dan semacamnya, ‘Aku menemukan beberapa ulama salaf menyisir rambut dan berminyak dengan menggunakan tulang tersebut. Mereka tidaklah menganggapnya najis hal ini’.” (HR. Bukhari)

   c. Air susu hewan yang diharamkan memakannya, seperti susu babi, susu anjing, susu kucing, dll.

   d. Khamr bukan najis
Dari Ibnu ‘Abbas bahwa seorang laki-laki menghadiahkan sebuah wadah berisi khamr kepada Rasulullah Rasulullah s.a.w., lalu beliau berkata: “Tidakkah engkau mengetahui bahwa khamr telah diharamkan?” Kemudian ada seseorang yg membisiki laki2 tersebut utk menjualnya. Maka Rasulullah bersabda: ”Sesungguh Dzat Yang mengharamkan untuk meminum juga mengharamkan utk menjualnya.” Kemudian Ibnu ‘Abbas berkata:  “Maka lelaki itu membuka wadah khamr tersebut dan menumpahkan isi nya hingga habis.” Kejadian ini disaksikan oleh Rasulullah dan beliau tdk memerintahkan kepada kami  utk mencuci wadah tersebut.”  (H.R. Muslim )

  e. Darah haidh
Dari Asma’ binti Abi Bakr, beliau berkata, “Seorang wanita pernah mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian berkata,
إِحْدَانَا يُصِيبُ ثَوْبَهَا مِنْ دَمِ الْحَيْضَةِ كَيْفَ تَصْنَعُ بِهِ
“Di antara kami ada yang bajunya terkena darah haidh. Apa yang harus kami perbuat?”
Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,
تَحُتُّهُ ثُمَّ تَقْرُصُهُ بِالْمَاءِ ثُمَّ تَنْضَحُهُ ثُمَّ تُصَلِّى فِيهِ
“Gosok dan keriklah pakaian tersebut dengan air, lalu percikilah. Kemudian shalatlah dengannya.” (HR. Bukhari no. 227)

Cara membersihkan: dibasuh 1 s/d 3 kali dengan air bersih hingga hilang benar najisnya (hilang rasa, bau dan warnanya)

3. Najis Berat (Mughallazhah) : Air liur anjing, air liur babi.


Cara membersihkan: dibasuh sebanyak 7 kali dan salah satu diantaranya dengan air yang bercampur tanah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar