Selasa, 28 Oktober 2014

ADAB ISTIRAHAT


1. Tidak tidur terlalu malam
  • Tidak tidur terlalu malam setelah sholat isya kecuali dalam keadaan darurat seperti untuk mengulang (muroja’ah) ilmu atau adanya tamu atau menemani keluarga, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Abu Barzah radhiyallahu ‘anhu

“Bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘allaihi wasallam membenci tidur malam sebelum (sholat Isya) dan berbincang-bincang (yang tidak bermanfaat) setelahnya” [Hadist Riwayat Al-Bukhari No. 568 dan Muslim No. 647 (235)]

2. Tidur disunnahkan berwudhu
“Apabila engkau hendak mendatangi pembaringan (tidur), maka hendaklah berwudhu terlebih dahulu sebagaimana wudhumu untuk melakukan sholat”  (HR. Al-Bukhari No. 247 dan Muslim No. 2710)

3. Tidur, miring ke kanan
“Berbaringlah di atas rusuk sebelah kananmu”  (HR. Al-Bukhari no. 247 dan Muslim no. 2710)

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam apabila tidur meletakkan tangan kanannya di bawah pipi kanannya”  (HR. Abu Dawud no. 5045, At Tirmidzi No. 3395, Ibnu Majah No. 3877 dan Ibnu Hibban No. 2350)

4. Tidak boleh tidur tengkurap
“Sesungguhnya (posisi tidur tengkurap) itu adalah posisi tidur yang dimurkai Allah Azza Wa Jalla”  (HR. Abu Dawud dengan sanad yang shohih)

5. Membaca doa tidur
“Bismikarabbii wa dho’tu jambii wa bika arfa’uhu in amsakta nafsii farhamhaa wa in arsaltahaa fahfazhhaa bimaa tahfazha bihi ‘ibaadakasshaalihiin”

“Dengan Nama-Mu, ya Rabb-ku, aku meletakkan lambungku. Dan dengan Nama-Mu pula aku bangun daripadanya. Apabila Engkau menahan rohku (mati), maka berilah rahmat padanya. Tapi apabila Engkau melepaskannya, maka peliharalah, sebagaimana Engkau memelihara hamba-hamba-Mu yang shalih”  (HR. Al-Bukhari No. 6320, Muslim No. 2714, Abu Dawud No. 5050 dan At-Tirmidzi No. 3401)

5. Pada waktu menjelang tidur malam, membaca sbb:
a. Ayat Kursi
Seseorang berkata, “Jika kamu hendak berbaring di atas tempat tidurmu, bacalah ayat Al-Kursi karena dengannya kamu selalu dijaga oleh Allah Ta’ala dan syetan tidak akan dapat mendekatimu sampai pagi“. Mengomentari hal itu, Nabi Muhammad Saw bersabda, “Benar apa yang dikatakannya, padahal dia itu pendusta. Dia itu syetan“. (HR. Bukhari).
b. Surat Al-Ikhlash – An-Naas 3 x.
“Nabi Saw ketika berada di tempat tidur di setiap malam, beliau mengumpulkan kedua telapak tangannya lalu kedua telapak tangan tersebut ditiup dan dibacakan ’Qul huwallahu ahad’ (QS Al-Ikhlash), ’Qul a’udzu birobbil falaq’ (QS Al-Falaq), dan ’Qul a’udzu birobbin naas’ (QS An-Naas). Lalu beliau mengusapkan kedua telapak tangan tadi pada anggota tubuh yang mampu dijangkau dimulai dari kepala, wajah, dan tubuh bagian depan. Beliau melakukan yang demikian sebanyak tiga kali.” (HR. Bukhari).

6. Membersihkan tempat tidur sebelum tidur
“Jika salah seorang di antara kalian akan tidur, hendaklah mengambil potongan kain dan mengibaskan tempat tidurnya dengan kain tersebut sambil mengucapkan ‘bismillah’, karena ia tidak tahu apa yang terjadi sepeninggalnya tadi”  (HR. Al Bukhari No. 6320, Muslim No. 2714, At-Tirmidzi No. 3401 dan Abu Dawud No. 5050)

7. Membaca doa setelah bangun tidur
“Alhamdulillahilladzii ahyaanaa ba’damaa amaatanaa wa ilayhinnusyuur”

“Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan kami setelah ditidurkan-Nya dan kepada-Nya kami dibangkitkan”  (HR. Al-Bukhari No. 6312 dan Muslim No. 2711)

8. Setelah bangun malam, disunnahkan bersiwak
“Apabila Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bangun malam membersihkan mulutnya dengan bersiwak.” (HR. Al Bukhari No. 245 dan Muslim No. 255)

9. Anak laki-laki dan perempuan hendaknya dipisahkan tempat tidurnya setelah berumur 6 tahun. (HR. Abu Daud, At-Tirmidzi)

10. Jika bermimpi buruk, jangan sekali-kali menceritakannya pada siapapun kemudian meludah ke kiri tiga kali (diriwayatkan Muslim IV/1772), dan memohon perlindungan kepada Allah dari godaan syaitan yang terkutuk dan dari keburukan mimpi yang dilihat. (Itu dilakukan sebanyak tiga kali) (diriwayatkan Muslim IV/1772-1773). Hendaknya berpindah posisi tidurnya dari sisi sebelumnya. (diriwayatkan Muslim IV/1773). Atau bangun dan shalat bila mau. (diriwayatkan Muslim IV/1773).

11. Tidak diperbolehkan bagi laki-laki tidur berdua (begitu juga wanita) dalam satu selimut. (HR. Muslim)

12. Disunnahkan tidur siang
 “Qailulah-lah (istirahat sianglah) kalian, sesungguhnya setan-setan itu tidak pernah istirahat siang.” (HR. Abu Nu’aim dalam Ath-Thibb, dikatakan oleh Al-Imam Al-Albani rahimahullahu dalam Ash-Shahihah no. 1637: isnadnya shahih)
Pernah suatu ketika ada orang-orang Quraisy yang duduk di depan pintu Ibnu Mas’ud. Ketika tengah hari, Ibnu Mas’ud mengatakan, “Bangkitlah kalian (untuk istirahat siang, pent.)! Yang tertinggal hanyalah bagian untuk setan.” Kemudian tidaklah Umar melewati seorang pun kecuali menyuruhnya bangkit.” (HR. Al-Bukhari dalam Al-Adabul Mufrad no.1238, dikatakan oleh Al-Imam Al-Albani rahimahullahu dalam Shahih Al-Adabil Mufrad no. 939: hasanul isnad)

13. Istirahat hati/rihlah

"Hiburlah hati suatu ketika karena jika ia dipaksa terus-menerus terhadap sesuatu maka ia akan menjadi buta..." (Ali bin Abi Thalib)

Kamis, 23 Oktober 2014

PEMIMPIN YG DITAATI MUTLAK SECARA SYAR’I


1. Imam Shalat (hanya ketika adzan, iqomat, dan shalat)
2. Khotib Shalat Jumat, atau Shalat Ied (hanya ketika kutbah Jumat, atau Ied)
3. Pemimpin jamaah atas anggota jamaah. Jamaah yg menegakkan khilafah/syariat islam (selama belum ada khilafah)
4. Orang tua atas anak-anaknya (dalam keluarga islami, dalam satu rumah).
5. Suami atas istri (dalam keluarga islami).
6. Raja Arab Saudi, ketika berkunjung ke Arab Saudi (pemimpin yg menegakkan hukum syariat).
7. Atasan atas karyawan di perusahaan syariah.
8. Pimpinan KBIH Swasta atas jamaah Umroh, ketika pergi Umroh.
9. Tuan rumah atas tamu, ketika bertamu ke keluarga islami.
10. Manajemen atas pasien yang dirawat di rumah sakit syariah.
11. Ketua DKM atas jamaah, selama di dalam lingkungan mesjid.

Minggu, 19 Oktober 2014

Amalan Berpahala Haji


Setiap muslim pasti berobsesi dapat menunaikan ibadah haji. Namun, tidak semuanya dikabulkan oleh Allah untuk menjadi tamu-Nya di Tanah Suci. Bagi yang belum ditakdirkan beribadah haji tahun ini, tidak perlu kecewa dan putus asa. Sebab, ternyata ia masih berpeluang besar untuk mendapatkan pahala haji. Rasulullah SAW telah memberikan berita gembira tentang beberapa amal salih yang berpahala haji, di antaranya:

Pertama: Melaksanakan shalat fardhu berjama'ah di masjid. Dari Abi Umamah RA, sesungguhnya Nabi SAW bersabda, "Barangsiapa yang berjalan menuju shalat fardhu berjama'ah, maka ia seperti haji. Dan barangsiapa yang berjalan menuju shalat sunnah, maka ia seperti umrah sunnah" (HR Ath Thabrani dalam Al Mu'jam Al Kabir, no. 7578 dan dihasankan oleh Syekh Al Albani).

Kedua: Birru' l Walidain (berbuat baik kepada kedua orang tua). Dari Anas bin Malik RA, ia berkata, seorang laki-laki pernah datang menemui Rasulullah SAW, lalu ia mengatakan, "Sesungguhnya aku ingin sekali berjihad, tetapi aku tidak memiliki kemampuan untuk itu". Rasulullah SAW lalu bertanya kepadanya, "Apakah masih ada yang hidup di antara kedua orang tuamu?" Lelaki itu menjawab, "Ibuku". Rasul pun kemudian mengatakan kepadanya, "Bertakwalah kepada Allah dengan berbuat baik kepad ibumu. Sebab, jika engkau melakukan itu, maka engkau adalah jama'ah haji, umrah dan mujahid (orang yang berjihad)" (HR Ath Thabrani dalam Al Mu'jam Al Ausath, no. 2915).

Ketiga: Menghadiri majlis ilmu di masjid, sebagaimana sabda Nabi SAW, "Barangsiapa yang pergi ke masjid, ia tidak menginginkan hal itu kecuali untuk belajar kebaikan atau mengajarkannya, maka ia mendapat pahala seperti pahala orang yang menunaikan ibadah haji, sempurna hajinya" (HR Ath Thabrani dalam Al Mu'jam Al Kabir, no. 7473). Keempat: Menunaikan umrah di bulan Ramadhan. Dari Ibnu Abbas RA,  sesungguhnya Nabi SAW bersabda, "Melaksanakan umrah di bulan Ramadhan itu (berpahala) seperti haji atau (seperti) haji bersamaku" (Muttafaqun 'Alaihi; Bukhari no. 1782, 1863, Muslim no. 3097). Kelima: Duduk di masjid setelah shalat subuh berjama'ah untuk berdzikir lalu shalat dua raka'at setelah matahari terbit, yakni waktu syuruq. Dari Anas bin Malik RA, Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa shalat subuh berjama'ah, kemudian ia duduk (menunggu)  sambil berdzikir hingga terbit matahari, lalu ia melaksanakan shalat dua raka'at, maka baginya pahala haji dan umrah, sempurna, sempurna, sempurna" (HR Tirmidzi no. 589 dan dihasankan oleh Syekh Al Albani). Keenam: Berdzikir setelah shalat. Dari Abu Hurairah RA, ia bercerita, Dari Abu Hurairah RA, bahwasanya orang-orang fakir dari kaum Muhajirin pernah mendatangi Rasulullah SAW, lalu mengadu, "Orang-orang kaya pergi membawa derajat yang tinggi dan tempat yang bergelimang nikmat. Nabi bertanya, "Apa itu?" Mereka berkata; Mereka shalat sama seperti kami shalat, dan mereka berpuasa sama seperti kami berpuasa, hanya saja (bedanya) mereka memiliki kelebihan harta sehingga mereka bisa menunaikan ibadah haji, umrah, berjihad dan bersedekah (dengan hartanya sementara kami tidak bisa karena miskin). Lalu beliau bersabda,"Apakah kalian ingin aku ajari sesuatu yang (jika kalian amalkan) kalian dapat mengungguli orang-orang yang mendahului kalian, dan mengalahkan orang-orang setelah generasi kalian. Dan tidak ada seorang pun yang lebih utama dari kalian, kecuali orang yang mengamalkan hal yang sama seperti yang kalian amalkan?" Mereka menjawab, "Ya, wahai Rasulullah". Beliau bersabda, "Kalian bertasbih, bertahmid dan bertakbir setiap selesai shalat (masing-masing) sebanyak 33 kali" (Muttafaqun 'Alaihi; Bukhari no. 843 dan Muslim no. 1375).
Semoga dengan mengamalkan amalan-amalan di atas, bisa menjadi pembuka jalan menuju Tanah Suci untuk menunaikan ibadah haji yang hakiki. Allahumma Amin ...

Minggu, 05 Oktober 2014

KEWAJIBAN-KEWAJIBAN DALAM ISLAM


Kewajiban agama tdk sama dgn kewajiban organisasi, institusi, jamaah, dlsb.
1. Syahadat.
Min sekali seumur hidup.
2. Shalat.
3. Shaum Ramadhan
4. Zakat.
Meliputi: Zakat Fitrah, Mal, Pertanian, Peternakan, Rikaz, atau yg khilafiah: Profesi, Perusahaan.
5. Haji bila memiliki dana yg mencukupi dan fisik yang cukup kuat.
Haji termasuk kewajiban yg bisa ditunda.
6. Menjawab salam.
7. Berjihad di jalan Allah.
Jihad adalah berperang di jalan Allah menegakkan kalimatullah.
8. Menegakkan hukum hudud.
Seperti: hukum potong tangan bagi pencuri, rajam utk pezina belum menikah, qishosh, dll.
9. Warisan sesuai syariat.
10. Menjauhi hal-hal yg diharamkan Allah SWT.
11. Menikah sesuai syariat.
Kalau tidak sesuai syariat, maka termasuk kategori berzina.
12. Memenuhi undangan hajatan seorang muslim.
13. Berdakwah amar ma’ruf nahi munkar.
14.  Menuntut ilmu islam.
”Mencari ilmu itu adalah wajib bagi setiap muslim laki-laki maupun muslim perempuan”. (HR. Ibnu Abdil Barr)
15. Membaca quran sesuai tajwid.
Membaca quran itu sunnah, tapi membacanya sesuai tajwid adalah fardhu ain.
16. Mempelajari bahasa Arab.
17. Kewajiban yg terjadi, tanpa kehadirannya maka kewajiban sesungguhnya tdk bisa terlaksana.
Misal: wudhu itu sunnah, namun karena kalau sholat tanpa wudhu tidak bisa, sedangkan shalat itu wajib, maka sesungguhnya wudhu utk shalat pun menjadi wajib.
17. Berlatih jihad, mempersiapkan jihad.
Berjihad itu wajib, sehingga mempersiapkan jihad juga menjadi wajib.
18. Memenuhi janji.
19. Menyampaikan amanat.
Misal: ada orang menitipkan surat, maka yg dititipkan tsb wajib menyampaikannya.
20. Fardhu kifayah.
Kewajiban yg apabila sudah dikerjakan muslim yg lain, maka kewajibannya menjadi gugur.
Misal : Shalat jenazah, menjadi dokter., dll.

21. Memberikan nafkah utk keluarga (bagi suami).
22. Memberikan gaji/upah kepada org yg bekerja utknya.
23. Melaksanakan pekerjaannya dgn baik (bagi pekerja).
24. Shalat Jumat (bagi laki-laki)

25. Memenuhi kebutuhan orang tua/dan kerabatnya (fardhu kifayah).

26. Memenuhi panggilan dan perintahnya (kalau satu rumah).
Anak menaati orang tuanya.
27. Istri menaati suami.
28. Taat kepada pemerintah yg menegakkan syariat Islam.
29. Amalan yg mendekati wajib (sunnah muakkadah).
Misal: Shalat berjamaah di masjid.
30. Menyembelih hewan utk makan sesuai syariat.



Kamis, 02 Oktober 2014

Keutamaan Haji Mabrur


Rasulullah Saw. bersabda:

“Umrah ke umrah menghapus dosa antara keduanya, dan tidak ada pahala bagi haji mabur kecuali surga.” (Muttafaq Alaihi)

Dari Aisyah r.a., ia berkata, “Saya berkata, ‘Wahai Rasulullah, menurut kami jihad adalah amal perbuatan yang paling utama. Bolehkah kami terus-menerus berjihad?’ Kemudian beliau bersabda, ‘Tetapi jihad yang paling utama adalah haji mabrur.” (HR. Bukhari)

Abu Hurairah r.a. berkata, “Nabi ditanya, ‘Amal apakah yang lebih utama?’ Beliau bersabda, ‘Iman kepada Allah dan Rasul-Nya.’ Ditanyakan, ‘Kemudian apa?’ Beliau bersabda, ‘Berjuang di jalan Allah.’ Ditanyakan, ‘Kemudian apa?’ Beliau bersabda, ‘Haji yang mabrur.” (HR. Bukhari)

Ibadah haji adalah ibadah yang berat. Tidak semua orang Islam mampu mengerjakannya. Di samping membutuhkan biaya yang tidak sedikit, juga dibutuhkan kemampuan fisik atau kesehatan yang baik. Itulah kenapa haji yang mabrur termasuk jihad yang paling utama. Meskipun berat, setiap orang Islam harus mempunyai niat dan cita-cita untuk bisa mengerjakan ibadah haji. Sebab, di samping merupakan rukun Islam, mengerjakan ibadah haji juga besar sekali pahalanya. Bagi orang yang hajinya mabrur akan dicatat termasuk orang yang telah mengerjakan amal yang lebih utama dan tiada balasan baginya kecuali surga.

Orang yang ketika mengerjakan haji tidak berkata kotor dan tidak berbuat maksiat, maka dosa-dosanya diampuni, sehingga ketika kembali ia seperti pada saat dilahirkan oleh ibunya, yakni tanpa dosa. Hal ini sebagaimana Rasulullah Saw. telah bersabda, “Barangsiapa datang (haji) ke Baitullah ini lalu tidak berbicara kotor dan tidak berbuat maksiat, maka ia akan kembali seperti ketika dilahirkan oleh ibunya.” Hadits ini ada dalam Shahih Muslim.

Menurut Imam Nawawi, tanda-tanda haji mabrur adalah bahwa sepulang dari haji, orang tersebut menjadi lebih baik dari sebelumnya dan tidak mengulangi lagi perbuatan-perbuatan maksiat yang pernah dilakukannya.
****